Jangan Pernah Minum Immodium Terutama Tanpa Resep Dokter

Immodium memang keras, HARUS dengan resep dokter.

Email ini ingatkan saya dengan peristiwa 2 tahun lalu.  Ini juga yang dialami mama saya, karena mau cepet stop diare minum immodium sehari 3 kali, ini lebih parah lagi ceritanya TANPA RESEP DOKTER, karena dipikir obat itu harus sehari tiga kali maka diminum sehari 3 kali. Seringnya ada rasa males kedokter, remehkan diare dan pinter-pinternya sendiri kenal obat-obatan.

Besoknya mama gak bisa makan minum, selalu muntah. Perut terasa sakit dan membesar sampai kebelakang pinggang. Akhirnya opname, dokter bilang sebaiknya diare jangan langsung stop total, membuat usus tidak bekerja sehingga tidak bisa terima makanan baru, 'macet' gak bisa lewat katanya. Dokter juga bilang sebaiknya diare itu keluar gak apa2. stop secara perlahan.

 be careful, kl diare jgn minum imodium ya... cari obat yg lain aja... 

Tewas karena immodium  

Cerita saya berikut ini memang OOT , tp saya harus menyampaikan hal ini agar teman-teman lebih waspada, lebih bagus lagi jika bisa disebar ke millis2 lain.

Kejadian ini menimpa Mertua Perempuan saya (Mama Lili)

Rabu   06/09/06 : Mama Diare (8 X buang air) terus minum Imodium, habis itu buang air langsung stop.

Kamis 07/09/06 : Siang Beliau mengeluh sakit perut & pinggangnya, semenjak kemarin tidak buang air (tersumbat Imodium).

Sore jam 16.00  Mama sendiri (aku & istri belum pulang kantor) berobat ke Klinik jatibening (24 jam), diklinik itu di kasih beberapa obat (penurun tensi & antibiotik).

Pulang dari klinik jam 18.00 ketemu aku dirumah, terus Mama makan malam & langsung minum obat-obat tersebut, selang 1 jam mendadak mengeluh sakit perut & sesak nafas.

Sekitar jam 20.30 saya bawa Beliau lagi ke klinik sebelumnya, dokternya  sudah tidak sanggup untuk mendiagnosa penyakitnya. Karena panik saya & keluarga. cari RS terdekat supaya dapat tindakan medis yang cepat karena sakitnya Mama makin jadi & ga bisa ditahan, jadi kita putuskan bawa  ke RS Harum (Kalimalang) dengan pertimbangan jarak yang dekat dari rumah.
Sampai di RS Harum sebenernya saya sudah ragu dengan cara penanganan paramedik & dokter jaga, karena melihat kondisi mama yang kesakitan mereka ga aware & ga cekatan....Setelah 15 menit cuma dikasih infus. Mama malam itu dirawat di rumah sakit tersebut.

Jumat 08/09/06 : dari malam ga ada dokter Internis yg periksa Mama sama sekali, jadi cuma dikontrol oleh dokter jaga. Dokter Internis baru datang jam 14.30 sore. Kebayang mama semaleman ga tidur kesakitan & perutnya terus membesar.
Karena metabolisme ga lancar. ini juga tidak diperhatikan sama  sekali oleh suster2 disana..mereka cuma suruh kita sabar menunggu dokter Internis.  Dokter Internis yang datang juga belum bisa kasih tindakan medis karena belum bisa mendiagnosa sampai seluruh hasil tes & lab keluar (komersil).  Karena khawatir kondisi mama makin buruk, akhirnya kita berniat pindahin mama ke rumah sakit pertamina (cempaka putih). Ini saja masih dipersulit sama rumah sakit Harum tapi karena saya & keluarga sudah ngotot akhirnya mereka mau kasih surat rujukan & kasih hasil tesnya.
Abis maghrib mama baru otw ke pertamina... sampai sana jam 19.30 karena macet di tol.  Di rumah sakit pertamina kelihatan sekali jauh beda penanganannya, mama cuma sebentar di  UGD trus langsung masuk ICU, tapi kondisi mama emang udah lemah sekali karena menahan sakit dari kemarin (ga tidur sama sekali!!).
Mama koma dari jam 12 malam  dan  meninggal jam 2.15 (sabtu dinihari).

Diagnosa dokter di rumah sakit pertamina adalah kondisi mama yg lagi ga baik waktu minum  imodium, disitu baru tau kalo imodium obat keras & sudah tidak direkomendasikan oleh dokter. Imodium memang ampuh untuk mampetin diare, tapi bakteri di dalam  perut masih ada. Imodium juga yang bikin metabolisme mama terganggu karena peristaltik dari lambung jadi tidak elastis lagi (menurut dokter). Itu yang bikin  perut makin besar.